Mar 12, 2011

Dosa Mengumpat


Mengumpat ialah menceritakan atau menyebut keburukan atau kekurangan seseorang kepada orang lain .

Rasulullah S.A. W. menjelaskan mengenai mengumpat seperti sabdanya bermaksud 



"Mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu perkara yang dibencinya

(Hadis Riwayat Muslim) 

Mengumpat berlaku sama ada disedari atau tidak . Perbuatan itu termasuk apabila menyebut atau menceritakan keburukan . Biarpun tanpa menyebut nama pelakunya tetapi diketahui oleh orang yang mendengarnya .

Memandangkan betapa buruk dan hinanya mengumpat , ia disamakan seperti memakan daging saudara seagama . Manusia waras tidak sanggup memakan daging manusia , inikan pula daging saudara sendiri . 


Dosa mengumpat bukan saja besar , malah antara dosa yang tidak akan diampunkan oleh Allah biarpun pelakunya benar-benar bertaubat . Dosa mengumpat hanya layak diampunkan oleh orang yang diumpatkan . Selagi orang yang diumpatnya tidak mengampunkan , maka dosa itu akan kekal dan menerima pembalasannya di akhirat .

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud


Awaslah daripada mengumpat kerana mengumpat itu lebih berdosa daripada zina. Sesungguhnya orang melakukan zina, apabila dia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. "Dan sesungguhnya orang yang melakukan umpat tidak akan diampunkan dosanya sebelum diampun oleh orang yang diumpat
(Hadis riwayat Ibnu Abib Dunya dan Ibnu Hibbad) 

Disebabkan mengumpat terlalu biasa dilakukan , maka ia tidak dirasakan lagi sebagai satu perbuatan dosa . Hakikat inilah perlu direnungkan oleh semua . Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain akan mendedahkan diri pelakunya diperlakukan perkara yang sama oleh orang lain . Allah akan membalas perbuatan itu dengan mendedahkan keburukan pada dirinya .
Sabda Rasulullah S.A.W. 


"wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum muslim, dan jangan lah kamu mengintip-intip keaibannya. Sesungguhnya, sesiapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaibannya, dan dia akan mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri" (Hadis riwayat Abu Daud)

Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat . Pada rekod amalan mereka akan dicatatkan sebagai perbuatan menghapuskan pahala .

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud 


"Perbuatan mengumpat itu samalah seperti api memakan ranting kayu kering".


Pahala yang dikumpulkan sebelum itu akan musnah atau dihapuskan seperti mudahnya api memakan kayu kering sehingga tidak tinggal apa-apa lagi . Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, diakhirat seorang terkejut besar apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya di dunia .

Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhan ku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya". Maka Allah menjawab :"Semua itu kebaikan (pahala) orang yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui"

Sebaliknya , jika pahala orang yang mengumpat tidak ada lagi untuk diberikan kepada orang yang diumpat , maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan kepada orang yang mengumpat . Inilah dikatakan orang muflis diakhirat nanti . 



Memandangkan betapa buruknya sifat mengumpat , kita wajib berusaha mengelakkan diri daripada melakukannya . Oleh itu perbanyakkanlah zikir supaya dapat menghindarkan diri daripada mengumpat.


Ingatlah setiap kali kita melakukan perkara yang mungkar tehadap Allah , Ada sahaja makhluk yang akan menggalakkan kita .


Bentuk-bentuk Ghibah yang Diperbolehkan

Imam Nawawi dalam kitab Syarah Shahih Muslim dan Riyadhu As-Shalihin , menyatakan bahwa ghibah hanya diperbolehkan untuk tujuan syara' iaitu yang disebabkan oleh enam hal , iaitu :


1.  Orang yang mazhlum (teraniaya) boleh menceritakan dan mengadukan kezaliman orang yang menzaliminya kepada seorang penguasa atau hakim atau kepada orang yang memutuskan suatu perkara dalam rangka menuntut haknya .
Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur'an surat An-Nisa ayat 148


"Allah tidak menyukai ucapan buruk (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

 (QS. An-Nisa' : 148)

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang teraniaya boleh menceritakan keburukan perbuatan orang yang menzaliminya kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar, seperti seorang pemimpin atau hakim , dengan tujuan mengharapkan bantuan atau keadilan , maka sudah jelas boleh hukumnya .

Tetapi walaupun kita boleh mengghibah orang yang menzalimi kita , pemberian maaf atau menyembunyikan suatu keburukan adalah lebih baik . Hal ini ditegaskan pada ayat berikutnya, yaitu Surat An-Nisa ayat 149:


"Jika kamu menyatakan kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa." (QS. An-Nisa: 149)

2.  Meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar.

Pembolehan ini dalam rangka isti'anah (minta tolong) untuk mencegah kemungkaran dan mengembalikan orang yang bermaksiat ke jalan yang hak. Selain itu ini juga merupakan kewajiban manusia untuk ber-amar ma'ruf nahi munkar. Setiap muslim harus saling bahu membahu menegakkan kebenaran dan meluruskan jalan orang-orang yang menyimpang dari hukum-hukum Allah , hingga nyata garis perbedaan antara yang haq dan yang batil .


3. Istifta' (meminta fatwa) akan sesuatu hal .


Walaupun kita diperbolehkan menceritakan keburukan seseorang untuk meminta fatwa , untuk lebih berhati-hat i, ada baiknya kita hanya menyebutkan keburukan orang lain sesuai yang ingin kita adukan , tidak lebih .


4. Memperingatkan kaum muslimin dari beberapa kejahatan seperti :

  • Apabila ada perawi , saksi , atau pengarang yang cacat sifat atau kelakuannya , menurut ijma' ulama kita boleh bahkan wajib memberitahukannya kepada kaum muslimin . Hal ini dilakukan untuk memelihara kebersihan syariat . Ghibah dengan tujuan seperti ini jelas diperbolehkan , bahkan diwajibkan untuk menjaga kesucian hadis . Apalagi hadis merupakan sumber hukum kedua bagi kaum muslimin setelah Al-Qur'an .
  • Apabila kita melihat seseorang membeli barang yang cacat atau membeli budak (untuk masa sekarang bisa dianalogikan dengan mencari seorang pembantu rumah tangga) yang pencuri , peminum , dan sejenisnya , sedangkan si pembelinya tidak mengetahui . Ini dilakukan untuk memberi nasihat atau mencegah kejahatan terhadap saudara kita , bukan untuk menyakiti salah satu pihak .
  • Apabila kita melihat seorang penuntut ilmu agama belajar kepada seseorang yang fasik atau ahli bid'ah dan kita khawatir terhadap bahaya yang akan menimpanya . Maka kita wajib menasihati dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata .

5. Menceritakan kepada khalayak tentang seseorang yang berbuat fasik atau bid'ah seperti , minum-minuman keras , menyita harta orang secara paksa , memungut pajak liar atau perkara-perkara batil lainnya .


Ketika menceritakan keburukan itu kita tidak boleh menambah-nambahinya dan sepanjang niat kita dalam melakukan hal itu hanya untuk kebaikan .


6. Bila seseorang telah dikenal dengan julukan si pincang , si pendek , si bisu , si buta , atau sebagainya , maka kita boleh memanggilnya dengan julukan di atas agar orang lain langsung mengerti .

Tetapi jika tujuannya untuk menghina , maka haram hukumnya . Jika ia mempunyai nama lain yang lebih baik , maka lebih baik memanggilnya dengan nama lain tersebut .



Wallahu a'lam ....

Dipetik: Suara Persatuan Ulama Online

P/S : post kali ni adalah sekadar perkongsian drp saya . Ingat lah setiap kali ingin berbicara tentang apa hal sekalipun , fikir kan niat dan tujuan kita . Biarlah segalanya dengan niat menjadi lebih baik dan memperbaiki kelemahan . Walaupun kesempurnaan itu mustahil buat diri kita yang kerdil di sisi-Nya ..

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam"
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

0 comments: